Jakarta, CNN Indonesia
--
Asap hitam beracun masih mengepul di Al Qayyara,
Irak, seratus hari setelah ISIS meledakkan salah satu kilang minyak
dalam upaya untuk melawan gempuran dari pasukan pemerintah pada Agustus
lalu.
Dengan tangan hitam berbalur sisa gas berbahaya, anak-anak di sekitar Al Qayyara terlihat bermain-main di tengah asap beracun itu ketika CNN berkunjung pada awal Oktober lalu.
Saat itu, para petugas pemadam kebakaran baru berhasil memadamkan enam titik api di sejumlah kilang minyak. Masih ada sembilan titik api lainnya yang masih berkobar.
Menurut laporan teranyar CNN pada Jumat (2/12), kini terdapat 19 titik ikut terbakar. Malapetaka yang sesungguhnya pun menanti Al Qayyara.
Jika semua titik kilang tersebut ditutup, maka Al Qayyara diperkirakan
akan mengalami kerugian hingga jutaan dolar. Menurut warga lokal, ISIS
sengaja melakukan ini untuk membalaskan dendamnya atas Al Qayyara.
"ISIS yang melakukan ini semua. Mereka melakukannya untuk melindungi diri sendiri dari gempuran pesawat, tapi di saat yang sama, mereka juga ingin menghancurkan dan membalaskan dendamnya kepada wilayah ini," ucap pemimpin operasi pembersihan kilang, Itkhlaf Mohammed.
Kini, Mohammed pun mengaku kelimpungan untuk memadamkan semua api yang mulai merembet. Lamanya proses pemadaman setiap titik api pun berbeda, dari hitungan minggu hingga bulan.
"Proses ini sangat rumit. Anda tidak bisa asal memadamkan api dengan air. Anda harus benar-benar mencapai pusat kilang dan mengontrolnya. Sangat sulit dan berbahaya," tutur Mohammed.
Ia kemudian menuturkan bahwa pada umumnya, langkah pertama dari operasi pemadaman itu adalah membuka jalan untuk masuk dan membuat jalur aliran minyak agar tidak mengalir ke daerah permukiman.
Setelah itu, petugas menyemprotkan air sambil terus meamstikan minyak mengalir ke tempat yang seharusnya dan semua alat berat tak bergeser.
Sementara itu, petugas lainnya harus segera mendeteksi pusat kilang dan menutupnya agar minyak tak lagi mengalir. Terkadang, petugas harus berani masuk ke titik api untuk mencari pusat kilang minyak.
Pekerjaan mereka kadang semakin sulit karena kerap terkena peluru atau tembakan mortir dari ISIS yang sebenarnya sedang berusaha melawan balik pasukan pemerintah.
"Sekarang ini kami bermasalah dengan bom yang ditanam ISIS. Kami terus bekerja sama dengan unit penjinak dari kepolisian untuk membersihkan area ini," tutur Mohammed.
Sejauh ini, tim penjinak sudah menemukan 120 bom, sementara puluhan lainnya diperkirakan masih tertanam di sekitar lokasi kebakaran. Namun, tim Mohammed tetap bertekad untuk menutup lubang-lubang kilang tersebut.
"Kami harus menghadapi semua kesulitan ini dan mematikan kilangnya. Ini merupakan tugas kami," kata salah satu pekerja, Abdelqadr Soltan.
Di sudut lain kota, 15 ribu warga Al Qayyar hidup di tengah lingkungan yang sudah terkontaminasi dan membahayakan kesehatan mereka. Situasi seperti ini diperkirakan masih akan mengintai mereka selama beberapa tahun ke depan.
"Setiap hari, rumah sakit menerima puluhan pasien yang mengeluhkan masalah pernapasan. Semua serba hitam. Baju, rumah, bahkan kebutuhan sehari-hari mereka menghitam. Orang mencuci pakaian mereka, tapi 30 menit kemudian, baju itu sudah menghitam lagi," tutur Wali Kota Al Qayyara, Salah al-Joubri.
Dengan tangan hitam berbalur sisa gas berbahaya, anak-anak di sekitar Al Qayyara terlihat bermain-main di tengah asap beracun itu ketika CNN berkunjung pada awal Oktober lalu.
Saat itu, para petugas pemadam kebakaran baru berhasil memadamkan enam titik api di sejumlah kilang minyak. Masih ada sembilan titik api lainnya yang masih berkobar.
Menurut laporan teranyar CNN pada Jumat (2/12), kini terdapat 19 titik ikut terbakar. Malapetaka yang sesungguhnya pun menanti Al Qayyara.
"ISIS yang melakukan ini semua. Mereka melakukannya untuk melindungi diri sendiri dari gempuran pesawat, tapi di saat yang sama, mereka juga ingin menghancurkan dan membalaskan dendamnya kepada wilayah ini," ucap pemimpin operasi pembersihan kilang, Itkhlaf Mohammed.
Kini, Mohammed pun mengaku kelimpungan untuk memadamkan semua api yang mulai merembet. Lamanya proses pemadaman setiap titik api pun berbeda, dari hitungan minggu hingga bulan.
"Proses ini sangat rumit. Anda tidak bisa asal memadamkan api dengan air. Anda harus benar-benar mencapai pusat kilang dan mengontrolnya. Sangat sulit dan berbahaya," tutur Mohammed.
Ia kemudian menuturkan bahwa pada umumnya, langkah pertama dari operasi pemadaman itu adalah membuka jalan untuk masuk dan membuat jalur aliran minyak agar tidak mengalir ke daerah permukiman.
Setelah itu, petugas menyemprotkan air sambil terus meamstikan minyak mengalir ke tempat yang seharusnya dan semua alat berat tak bergeser.
Sementara itu, petugas lainnya harus segera mendeteksi pusat kilang dan menutupnya agar minyak tak lagi mengalir. Terkadang, petugas harus berani masuk ke titik api untuk mencari pusat kilang minyak.
Pekerjaan mereka kadang semakin sulit karena kerap terkena peluru atau tembakan mortir dari ISIS. (Reuters/Goran Tomasevic)
|
Pekerjaan mereka kadang semakin sulit karena kerap terkena peluru atau tembakan mortir dari ISIS yang sebenarnya sedang berusaha melawan balik pasukan pemerintah.
"Sekarang ini kami bermasalah dengan bom yang ditanam ISIS. Kami terus bekerja sama dengan unit penjinak dari kepolisian untuk membersihkan area ini," tutur Mohammed.
Sejauh ini, tim penjinak sudah menemukan 120 bom, sementara puluhan lainnya diperkirakan masih tertanam di sekitar lokasi kebakaran. Namun, tim Mohammed tetap bertekad untuk menutup lubang-lubang kilang tersebut.
"Kami harus menghadapi semua kesulitan ini dan mematikan kilangnya. Ini merupakan tugas kami," kata salah satu pekerja, Abdelqadr Soltan.
Di sudut lain kota, 15 ribu warga Al Qayyar hidup di tengah lingkungan yang sudah terkontaminasi dan membahayakan kesehatan mereka. Situasi seperti ini diperkirakan masih akan mengintai mereka selama beberapa tahun ke depan.
"Setiap hari, rumah sakit menerima puluhan pasien yang mengeluhkan masalah pernapasan. Semua serba hitam. Baju, rumah, bahkan kebutuhan sehari-hari mereka menghitam. Orang mencuci pakaian mereka, tapi 30 menit kemudian, baju itu sudah menghitam lagi," tutur Wali Kota Al Qayyara, Salah al-Joubri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar