Minggu, 04 Desember 2016

Tampilkan Kerukunan Etnis di Festival Kuwung Banyuwangi

Banyuwangi - Banyuwangi Night Carnaval 'Festival Kuwung Banyuwangi' memukau ribuan undangan dan masyarakat, Sabtu (3/12/2016) malam. Event seni dan budaya sekaligus pesta rakyat memperingati Hari Jadi Banyuwangi (Harjaba) ke 245 ini menyuguhkan beragam tradisi yang dikemas dalam pertunjukan pawai yang megah.

Tidak hanya para penari dan aksi teatrikal yang ditampilkan dengan memikat, pawai mobil dengan aneka lampu yang menampilkan miniatur budaya daerah juga mampu mencuri perhatian. Ratusan pendukung acara pun tampil dalam balutan kostum yang atraktif. Ditambah iringan musik tradisional secara live sepanjang acara membuat suasana malam Banyuwangi begitu meriah.

Festival Kuwung 2016, mengangkat tema Kembang Setaman Bumi Blambangan. Tema ini sebagai perlambang keharmonisan hidup masyarakat Banyuwangi, terdiri dari berbagai etnis dan latar belakang budaya.

Seperti pada pembukaan Kuwung yang menyuguhkan TradisiSaulak, SukuMandar. TradisiSaulak merupakan tradisi pernikahan khas wargaMandar, yang merupakan warga pesisir pantai.
Festival Kuwung di BanyuwangiFoto: Ardian Fanani
Festival Kuwung di Banyuwangi

Berikutnya pawai menampilkan etnis Jawa Mataraman. Etnis ini memiliki komunitas yang besar yang mendominasi wilayah selatan Banyuwangi. Kali ini fragmen yang dibawakan berjudul Cungkup Tapanrejo yang mengisahkan babat alas warga Jawa dalam memulai kehidupan baru.

Selain itu juga ada penampilan suku Using yang menampilkan Sarine Kembang Bakung. Cerita ini mengisahkan kegigihan dan semangat masyarakat desa dalam melestarikan budaya adat using. Yakni Seblang Olehsari dan Seblang Bakungan di Kecamatan Glagah. Kedua ritual bersih desa yang dipercaya masyarakat setempat sebagai upaya tolak bala' agar terhindar dari wabah penyakit ini terus dilestarikan warga setempat hingga sekarang.

Sementara itu pawai Etnis Madura tampil dengan pakaian khas daerahnya. Para penampil membawakan Tari Topeng dan fragmen yang mengisahkan mata pencaharian mereka sebagai petani kakao.

Etnis Bali menampilkan tradisi Melasti Bali Banyuwangen. Juga tidak ketinggalan atraksi Ogoh-Ogoh yang menjadi ciri khas perayaan Nyepi umat Hindu.

Etnis Tionghoa juga memeriahkan acara dengan menampilkan fragmen bertema Liong harmoni Tionghoa. Mereka menampilkan berbagai tarian dengan kostum khasnya. Suasana semakin meriah dengan penampilan Barongsai.

Tak hanya itu, Festival Kuwung juga dimeriahkan oleh penampilan defile perwakilan dari beberapa daerah. Seperti Kota Bogor, Kabupaten dan Kota Kediri, Kabupaten Sleman, Kota Probolinggo. Bahkan juga tampil defile seni dan budaya dari Kabupaten Sumbawa Barat yang menampilkan tari kipas.

"Tahun iniBanyuwangi Festival menghadirkan 53even sepanjang tahun yang salah satunya adalahBanyuwangiNightCarnaval Festival Kuwung. Kegiatan ini bukan sekedar cara untuk menarik wisatawan tapi sebagai pesta rakyat sekaligus memberikan panggung bagi anak-anakBanyuwangi untuk menampilkan kreatifitas bakat dan potensinya kepada dunia luar," kata BupatiBanyuwangiAbudullahAzwarAnas saat membuka Festival Kuwung.
Festival Kuwung dihadiri tamu istimewaFoto: Ardian Fanani
Festival Kuwung dihadiri tamu istimewa

Anas melanjutkan Banyuwangi tidak akan pernah bosan untuk terus menggelar beragam festival tidak hanya seni dan budaya tapi beragam festival yang menangkat potensi lokal daerah.

"Dengan beragam festival perekonomian tumbuh, pariwisata semakin maju, seni dan budaya terus dilestarikan, anak-anak Banyuwangi semakin percaya diri. Kami tidak akan berhenti untuk terus membangun daerah," ujar Anas.

Festival Kuwung Kali ini juga dihadiri berbagai tamu istimewa. Seperti Prof Rhenald Kasali, Sandrina Malakiano dan Eep Saefulloh Fatah, juga tamu dari berbagai daerah di Indonesia dan berbagai negara seperti Jepang dan Jerman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar