Trenggalek - Fenomena retakan tanah yang terjadi di Kabupaten
Trenggalek semakin meluas. 16 Kepala Keluarga (KK) di Desa Wonoanti,
Kecamatan Gandusari mulai mengungsi ke tempat yang lebih saat malam
hari.
Salah seroang warga, Puji Astuti, Selasa (6/12/2016) mengatakan, saat ini rumah yang ia tempati selama puluhan tahun terpaksa dibongkar. Karena kondisinya nyaris ambruk. Seluruh bagian tembok, mulai dari depan hingga belakang mengalami retak-retak.
"Tidak hanya tembok saja, lantainya juga demikian. Daipada ambruk lebih baik dibongkar saja," kata Puji Astuti saat ditemui detikcom di lokasi bekas rumahnya.
Menurutnya, saat ini ia dan anggota keluarganya tidak lagi memiliki tempat tinggal. Setelah rumah induk dibongkar kini hanya tersisa bagian dapur yang terbuat dari bangunan semi permanen.
"Untuk sementara saya harus mengungsi ke rumah saudara yang lebih aman. Seluruh perabotan rumah tangga juga telah diungsikan ke sana, karena kalau di dapur ini tidak layak huni," ujarnya.
Sementara warga lain, Tarmudi mengaku, kondisi retakan tanah yang terjadi di kampungnya cukup mengkhwatirkan, karena setiap hari terus mengalami pergerakan. Beberapa bagian dinding dan lantai rumahnya mengalami retakan dengan lebar mencapai 10 cm.
Menurutnya, terjadinya retakan tanah sangat terasa, terlebih pada malam hari atau pada sesaat setelah terjadi hujan deras. "Kalau malam itu sampai terdengar suara gemertak, utamanya dari lantai keramik ini," katanya.
Saat ini warga mulai tekut tinggal di rumah masing-masing, sehingga pada malam hari perempuan dan anak-anak mengungsi ke tempat yang lebih aman. Sedangkan warga laki-laki tetap tinggal di rumah.
Tarmuji mengaku, femonema retakan tanah telah baru pertama kali terjadi di kampungnya. Pihaknya mengaku syok atas kondisi tersebut, karena tidak lagi memiliki lahan lain untuk tempat tinggal.
"Terus terang saya bingung kalau seperti ini, mau diperbaiki kondisi tanah masih bergerak. Kalau mau pindah juga tidak punya lahan lain," imbuhnya.
Beberapa waktu yang lalu, Wakil Bupati Trenggalek, Mochammad Nur Arifin telah meninjau langsung kondisi pergerakan tanh di kampungnya. Saat itu pemerintah mengaku masih akan melakukan kajian terhadap kondisi tanah.
"Katanya mau dilihat lagi, apakah masih layak untuk dijadikan tempat hunian atau tidak. Kalau misalkan tidak layak kemungkinan besar akan direlokasi ke tempat lain yang lebih aman," jelas Tarmuji.
Di sisi lain, retakan tanah cukup besar terjadi di Desa Jajar, Kecamatan Gandusari. Lahan di kawasan perbukitan yang ada di belakang perkampungan warga mengalami retak dan amblas hingga kedalam 1.5 meter.
Meskipun tidak sampai di area rumah penduduk, sejumlah warga mengaku cukup khawatir. Sebab jika lonngsor, maka beberapa rumah di bawahnya dipastikan akan terdampak. Panjang retakan tanah di ladang milik warga ini diperkirakan mencalai lebih dari 100 meter.
Sebelumnya peristiwa retakan tanah juga terjadi di sejumlah kecamatan. Diantaranya Bendungan, Tugu, Pule, Suruh, Dongko, Panggul, dan Kecamatan Trenggalek. Kondisi terparah terjadi di Desa Depok, Kecamatan Bendungan, Sehingga 144 warga harus mengungsi ke tenda darurat maupun rumah penduduk yang lain.
Salah seroang warga, Puji Astuti, Selasa (6/12/2016) mengatakan, saat ini rumah yang ia tempati selama puluhan tahun terpaksa dibongkar. Karena kondisinya nyaris ambruk. Seluruh bagian tembok, mulai dari depan hingga belakang mengalami retak-retak.
"Tidak hanya tembok saja, lantainya juga demikian. Daipada ambruk lebih baik dibongkar saja," kata Puji Astuti saat ditemui detikcom di lokasi bekas rumahnya.
Menurutnya, saat ini ia dan anggota keluarganya tidak lagi memiliki tempat tinggal. Setelah rumah induk dibongkar kini hanya tersisa bagian dapur yang terbuat dari bangunan semi permanen.
Foto: Adhar Muttaqin
Tanah di Trenggalek longsor |
"Untuk sementara saya harus mengungsi ke rumah saudara yang lebih aman. Seluruh perabotan rumah tangga juga telah diungsikan ke sana, karena kalau di dapur ini tidak layak huni," ujarnya.
Sementara warga lain, Tarmudi mengaku, kondisi retakan tanah yang terjadi di kampungnya cukup mengkhwatirkan, karena setiap hari terus mengalami pergerakan. Beberapa bagian dinding dan lantai rumahnya mengalami retakan dengan lebar mencapai 10 cm.
Menurutnya, terjadinya retakan tanah sangat terasa, terlebih pada malam hari atau pada sesaat setelah terjadi hujan deras. "Kalau malam itu sampai terdengar suara gemertak, utamanya dari lantai keramik ini," katanya.
Saat ini warga mulai tekut tinggal di rumah masing-masing, sehingga pada malam hari perempuan dan anak-anak mengungsi ke tempat yang lebih aman. Sedangkan warga laki-laki tetap tinggal di rumah.
Tarmuji mengaku, femonema retakan tanah telah baru pertama kali terjadi di kampungnya. Pihaknya mengaku syok atas kondisi tersebut, karena tidak lagi memiliki lahan lain untuk tempat tinggal.
"Terus terang saya bingung kalau seperti ini, mau diperbaiki kondisi tanah masih bergerak. Kalau mau pindah juga tidak punya lahan lain," imbuhnya.
Beberapa waktu yang lalu, Wakil Bupati Trenggalek, Mochammad Nur Arifin telah meninjau langsung kondisi pergerakan tanh di kampungnya. Saat itu pemerintah mengaku masih akan melakukan kajian terhadap kondisi tanah.
"Katanya mau dilihat lagi, apakah masih layak untuk dijadikan tempat hunian atau tidak. Kalau misalkan tidak layak kemungkinan besar akan direlokasi ke tempat lain yang lebih aman," jelas Tarmuji.
Di sisi lain, retakan tanah cukup besar terjadi di Desa Jajar, Kecamatan Gandusari. Lahan di kawasan perbukitan yang ada di belakang perkampungan warga mengalami retak dan amblas hingga kedalam 1.5 meter.
Meskipun tidak sampai di area rumah penduduk, sejumlah warga mengaku cukup khawatir. Sebab jika lonngsor, maka beberapa rumah di bawahnya dipastikan akan terdampak. Panjang retakan tanah di ladang milik warga ini diperkirakan mencalai lebih dari 100 meter.
Sebelumnya peristiwa retakan tanah juga terjadi di sejumlah kecamatan. Diantaranya Bendungan, Tugu, Pule, Suruh, Dongko, Panggul, dan Kecamatan Trenggalek. Kondisi terparah terjadi di Desa Depok, Kecamatan Bendungan, Sehingga 144 warga harus mengungsi ke tenda darurat maupun rumah penduduk yang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar