Jumat, 28 Oktober 2016

Arsyad Hidayat, Melayani Jemaah Haji Sampai Menghadapi Tragedi

Makkah - Kepala Daerah Kerja (Daker) Makkah Arsyad Hidayat adalah sosok yang tahu banyak soal jemaah haji. Dia sudah lama menjadi petugas haji, dan memimpin organisasi di Daker Makkah selama lima tahun terakhir. Kunci pelayanan terhadap jemaah baginya adalah kemauan untuk mendengar.

Ditemui di ruangannya di Daker Makkah, Kamis (6/10/2016), pria berusia 43 tahun tersebut bercerita soal pengalamannya selama ini dalam mengurusi jemaah haji. Pada tahun 2006, Arsyad mulai berinteraksi dengan haji sebagai kepala seksi visa di Subdit Dokumen. Setelah itu, pada tahun 2007 Arsyad pertama kali bertugas sebagai sekretaris Daker Makkah, baru pada tahun 2009 menjadi wakil kepala daker Madinah. Nah, sejak tahun 2011 Arsyad kemudian menjadi kepala daker Makkah sampai tahun 2016, kecuali tahun 2014. Dia adalah salah satu kepala daker Makkah yang cukup lama bertugas dalam rentang waktu yang hampir beruntun. 

Saat ini, Arsyad juga menjabat sebagai staf teknis haji II Kantor Urusan Haji Indonesia di Arab Saudi. Bersama keluarganya, pria asal Bekasi, Jawa Barat, ini tinggal di Jeddah sejak tiga tahun terakhir. Masa tugasnya sebagai staf teknis haji II akan berakhir tahun ini. 

Arsyad mengatakan, setiap tahun ada pengalaman berbeda yang dirasakan ketika berinteraksi dengan jemaah. Namun dalam urusan pelayanan, semua hampir sama, ingin didengar keluhannya oleh petugas.

Kepala Daerah Kerja (Daker) Makkah Arsyad Hidayat (Foto: Rachmadin Ismail/detikcom)Kepala Daerah Kerja (Daker) Makkah Arsyad Hidayat (Foto: Rachmadin Ismail/detikcom)



Satu momen khusus yang selalu diingat Arsyad adalah pada tahun 2009. Saat itu, ayah dua anak tersebut bertugas jadi wakil kepala Daker Madinah untuk bidang perumahan. Ada jemaah dari kloter UPG 001 yang baru tiba ternyata mendapatkan tempat yang kurang bagus dari segi lokasi, fasilitas dan sarana prasarana. Para jemaah yang terdiri dari pejabat daerah tersebut kemudian mengajukan protes keras.

Mendapat protes, Arsyad tak mau panik. Dia datang dan menemui setiap jemaah yang komplain satu per satu. Keluhan mereka didengar dan dicatat. Lalu, Arsyad meneruskannya ke pengurus pemondokan sampai benar-benar tertangani. Walau tak semua keinginan para jemaah bisa dipenuhi, namun pada akhirnya para jemaah bisa menerima.

"Lambat laun juga mereka merasa ternyata petugas serius ketika melakukan pelayanan," cerita Arsyad.

Nah, konsep mendengar keluhan jemaah ini yang dipegangnya selama bertahun-tahun. Jemaah yang datang setiap tahun berbeda. Mereka juga datang dari latar belakang suku, pendidikan, kondisi ekonomi, daerah sampai kebiasaan yang berbeda. Semua pasti ada masalah ketika bertemu dengan kultur di Saudi. Bagi Arsyad, masalah itu bisa diatasi lewat respons cepat.

Tak heran, saat menjadi kepala Daker Makkah tahun ini, fokus Arsyad dalam pelayanan adalah mendengarkan. Dia menempatkan satu sampai empat orang di setiap hotel jemaah, sebagai perwakilan panitia untuk mendengar keluhan jemaah. Para petugas itu ditempel fotonya di dinding dan disebar nomor kontaknya agar mudah dihubungi. Ada supervisor khusus yang mengawasi para petugas agar tetap standby di hotel membantu jemaah.

"Mereka harus jadi pendengar yang baik bagi jemaah. Kita mendengar setiap denyut nadi jemaah. Setiap kali ada permasalahan petugas merespons cepat," kata Arsyad.

"Dengan demikian gejolak sekecil apa pun bsia ditangani," sambungnya.

Hasilnya cukup efektif. Kehadiran petugas sangat terasa membantu jemaah. Sebagian besar petugas yang berstatus mahasiswa dari 9 negara Islam akhirnya memiliki kedekatan emosional dengan jemaah. Saat para jemaah pulang, mereka bahkan sampai ada yang terharu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar