Senin, 31 Oktober 2016

Warga Trenggalek Lepas Ribuan Anak Penyu ke Laut Bebas

Trenggalek - Pusat konservasi penyu Taman Kili-Kili di Desa Wonocoyo, Kecamatan Panggul, Kabupaten Trenggalek, melakukan pelepasan ribuan tukik atau anak penyu ke laut bebas, Minggu (30/10/2016). Warga juga melepas ribuan burung aneka jenis di kawasan konservasi. 

Proses pelepasan yang dikenal dengan upacara ucul-ucul ini dilakukan oleh ribuan warga, pelajar, kepolisian, TNI serta sejumlah kelompok pecinta lingkungan dan satwa. 

"Sebelum dilepas, tukik-tukik tersebut terlebih dahulu harus menjalani proses karantina di tempat penangkaran selama tiga bulan," kata Ketua Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) Taman Kili-Kili, Ari Gunawa. 

Menurutnya, karantina sengaja dilakukan untuk menjaga agar tukik lebih dewasa dan bisa bertahan hidup di laut bebas. Tukik atau anak penyu ini rawan mati dan dimakan predator, karena pada usia kurang dari tiga bulan cangkang atau batok penyu masih lunak. 

Ari menjelaskan, jenis penyu yang banyak bertelur dan dikonservasi di Taman Kili-Kili adalah penyu sisik (Eretmochelys imbricata). Jenis lain yang juga bertelur di lokasi tersebut yakni jenis penyu lekang (Lepidochelys olivacea) serta penyu hijau (Chelonia mydas). Sedangkan untuk penyu langka jenis belimbing (Dermochelys coriacea), kini tidak dijumpai lagi di Taman Kili-Kili.

Warga Trenggalek Lepas Ribuan Anak Penyu ke Laut BebasFoto: Aksi pelepasan ribuan tukik (Adhar Muttaqin/detikcom)

"Kalau dulu, sebelum ada konservasi ini, penyu belimbing juga pernah bertelur di sini, penyu jenis ini ukurannya besar, bahkan bisa seukuran mobil," katanya. 

Dengan pelepasan ribuan tukik ini, diharapkan kelestarian penyu tetap terjaga hingga ratusan tahun ke depan. Lanjut dia, dari ribuan penyu yang dilepas kemungkinan besar hanya 3 persen yang mempu bertahan hidup hingga dewasa. 

"Jadi dari 100 tukik hanya ada tiga yang bisa sampai dewasa dan bertelur, kondisi ini dipengaruhi oleh ganasnya kehidupan penyu di laut, banyak sekali predator yang mengintai," ujarnya. 

Selama tahun 2016, jumlah induk penyu yang bertelur di pantai Taman Kili-Kili Trenggalek mencapai 56 ekor. Sedangkan jumlah tukik yang berhasil ditetaskan dan dilepas ke laut mencapai lebih dari 3.000 ekor. 

"Hari ini tadi adalah pelepasan yang terakhir, sebelumnya kami lepas secara bertahap, sesuai dengan umurnya," imbuh Ari. 

Selain melakukan pelepasan anak penyu, juga dilakukan pelepasan ribuan burung serta ikan di kawasan konservasi. Beberapa jenis burung yang dilepasliarkan antara lain , cucak hijau, perkutut serta burung kutilang. 

Kepala Desa Wonocoyo, Didik Herkunadi sebagai pihak pengelola mengaku, saat ini keberadaan burung-burung ini di kawasan hutan di wilayah Trenggalek mulai langka. Ini terjadi karena perburuan liar yang dilakukan warga yang tidak bertanggung jawab. 

"Untuk menjaga agar burung dan ikan yang kami lepas itu tetap lestari, pemerintah Desa Woncoyo sudah mengeluarkan peraturan desa tentang perlindungan satwa. Hari ini tadi juga kami lakukan penanaman pohon," katanya. 

Pihaknya berharap kawasan konservasi penyu dan wilayah Desa Wonocoyo tetap lestari dan mampu menjadi laboratorium raksasa untuk penyelamatan satwa maupun tumbuh-tumbuhan. 

Sementara itu pihak Perhutani Kediri selaku pemangku kawasan hutan di wilayah Trenggalek mengaku, akan mendorong pengembangan pusat konservasi Taman Kili-kili tersebut hingga menjadi garda terdepan dalam menjaga kelesatarian penyu serta aneka satwa liar lainnya. 

"Kami akan lakukan perjanjian kerja sama dengan pihak pengelola, pada intinya Perhutani dan warga telah sepakat untuk menjaga hutan dan isinya," kata Kepala Perhutani Kediri, Maman Rosmantika. 

Untuk pengembangan kawasan konservasi, Perhutani mengaku akan melakukan lobi ke sejumlah instansi BUMN agar menggelontorkan dana Corporate Social Responsibility (CSR) ke wilayah Trenggalek. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar