Jakarta - Presiden Joko Widodo menegaskan dirinya rutin melakukan
pertemuan dan dialog untuk membahas masalah kebangsaan. Dia menyebut
dialog nasional pasca aksi 2 Desember bertema rujuk nasional, akan
dijadikan masukan.
"Ya, menjadi masukan. Tetapi sebetulnya kita sudah seringkali bertemu, karena pertemuan sering informal, sering tertutup, tapi terbuka memang belum. Tapi saya kira menjadi masukan," kata Jokowi usai menjamu Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar minum teh bersama di beranda belakang Istana Merdeka, Jl Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Selasa (29/11/2016).
Jokowi juga memberikan respons terkait ide rujuk nasional. Namun Jokowi menilai gagasan rujuk nasional bukan istilah tepat jika dimaksudkan sebagai silaturahmi nasional.
"Rujuk apa? Yang berantem siapa? Saya kira rujuk-rujuk itu, lah, wong kita enggak berantem kok," kata Jokowi di saat yang sama.
Jokowi mengatakan, pihaknya justru ingin mengingatkan kembali keberadaan Indonesia yang dianugerahi dengan perbedaan dan keberagaman.
"Kita ingin mengingatkan kembali betapa kita ini beragam, betapa kita ini majemuk. Enggak lah, saya kira rujuk, rekonsiliasi, kalau kita berada pada posisi apa? posisi apa?" tanya Jokowi ke Muhaimin.
"Berantem," jawab Muhaimin.
"Nah, itu. Kita ini baik-baik saja. Kita bertemu MUI juga sudah, bertemu NU juga sudah, bertemu Muhammadiyah juga sudah. Saya kira kita ini baik-baik saja," kata Jokowi.
"Hanya, perlu sekali lagi kita mengingatkan pada kita semuanya tentang keberagaman itu, tentang pentingnya Pancasila, tentang pentingnya NKRI, tentang pentingnya Bhinneka Tunggal Ika. Mengingatkan itu saja," imbuh Jokowi.
"Ya, menjadi masukan. Tetapi sebetulnya kita sudah seringkali bertemu, karena pertemuan sering informal, sering tertutup, tapi terbuka memang belum. Tapi saya kira menjadi masukan," kata Jokowi usai menjamu Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar minum teh bersama di beranda belakang Istana Merdeka, Jl Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Selasa (29/11/2016).
Jokowi juga memberikan respons terkait ide rujuk nasional. Namun Jokowi menilai gagasan rujuk nasional bukan istilah tepat jika dimaksudkan sebagai silaturahmi nasional.
"Rujuk apa? Yang berantem siapa? Saya kira rujuk-rujuk itu, lah, wong kita enggak berantem kok," kata Jokowi di saat yang sama.
Jokowi mengatakan, pihaknya justru ingin mengingatkan kembali keberadaan Indonesia yang dianugerahi dengan perbedaan dan keberagaman.
"Kita ingin mengingatkan kembali betapa kita ini beragam, betapa kita ini majemuk. Enggak lah, saya kira rujuk, rekonsiliasi, kalau kita berada pada posisi apa? posisi apa?" tanya Jokowi ke Muhaimin.
"Berantem," jawab Muhaimin.
"Nah, itu. Kita ini baik-baik saja. Kita bertemu MUI juga sudah, bertemu NU juga sudah, bertemu Muhammadiyah juga sudah. Saya kira kita ini baik-baik saja," kata Jokowi.
"Hanya, perlu sekali lagi kita mengingatkan pada kita semuanya tentang keberagaman itu, tentang pentingnya Pancasila, tentang pentingnya NKRI, tentang pentingnya Bhinneka Tunggal Ika. Mengingatkan itu saja," imbuh Jokowi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar