Jakarta - Seorang komandan tempur elite militer Irak yang
tergabung dalam 'Divisi Emas' mengklaim pasukannya telah menewaskan
hampir sekitar 990 orang militan ISIS, dalam serangan yang dilancarkan
militer Irak ke kota Mosul.
Dilansir Reuters, Senin (28/11/2016), meski berhasil melakukan serangan terhadap kelompok tersebut, mereka mengakui menemui kesulitan menghadapi ISIS yang bersebunyi di rumah para warga sipil. Padahal serangan yang dilancarkan cukup gencar dari segala arah.
Komandan pasukan khusus Mayor Jenderal Abdul Ghani al-Asadi mengatakan untuk melindungi warga sipil dan area permukiman, mereka harus memikirkan taktik yang tepat agar tak kembali jatuh korban jiwa.
"Awalnya serangan berjalan dengan cepat karena kami membuka wilayah tanpa keberadaan masyarakat sipi. Namun begitu sampai di area permukiman, kami harus menyerang sekaligus melindungi warga dengan cara mengepung distrik satu per satu," jelas Asadi.
Asadi mengatakan strategi tempur juga harus diubah untuk beradaptasi dengan strategi perang ISIS. "ISIS berpindah dari satu tempat ke tempat yuang lain, sehingga kami juga harus mengubah strategi untuk menyesuaikan dengan mereka," kata Asadi.
Para tentara Irak mulai melancarkan operasi besar-besaran pada 17 Oktober lalu untuk merebut Mosul dari ISIS. Dalam operasi itu, pasukan pemerintah Irak didukung oleh para pejuang pro-pemerintah dari Unit-unit Mobilisasi Populer dan Pasukan Peshmerga Kurdi.
Mosul jatuh ke tangan ISIS sejak dua tahun lalu, ketika kelompok teroris tersebut mulai melancarkan serangan-serangan mematikannya di wilayah Irak utara dan barat. Perdana Menteri Irak Haider al-Abadi telah bertekad bahwa Mosul, kota terbesar kedua di Irak tersebut, akan sepenuhnya direbut kembali pada akhir tahun ini.
Dilansir Reuters, Senin (28/11/2016), meski berhasil melakukan serangan terhadap kelompok tersebut, mereka mengakui menemui kesulitan menghadapi ISIS yang bersebunyi di rumah para warga sipil. Padahal serangan yang dilancarkan cukup gencar dari segala arah.
Komandan pasukan khusus Mayor Jenderal Abdul Ghani al-Asadi mengatakan untuk melindungi warga sipil dan area permukiman, mereka harus memikirkan taktik yang tepat agar tak kembali jatuh korban jiwa.
"Awalnya serangan berjalan dengan cepat karena kami membuka wilayah tanpa keberadaan masyarakat sipi. Namun begitu sampai di area permukiman, kami harus menyerang sekaligus melindungi warga dengan cara mengepung distrik satu per satu," jelas Asadi.
Asadi mengatakan strategi tempur juga harus diubah untuk beradaptasi dengan strategi perang ISIS. "ISIS berpindah dari satu tempat ke tempat yuang lain, sehingga kami juga harus mengubah strategi untuk menyesuaikan dengan mereka," kata Asadi.
Para tentara Irak mulai melancarkan operasi besar-besaran pada 17 Oktober lalu untuk merebut Mosul dari ISIS. Dalam operasi itu, pasukan pemerintah Irak didukung oleh para pejuang pro-pemerintah dari Unit-unit Mobilisasi Populer dan Pasukan Peshmerga Kurdi.
Mosul jatuh ke tangan ISIS sejak dua tahun lalu, ketika kelompok teroris tersebut mulai melancarkan serangan-serangan mematikannya di wilayah Irak utara dan barat. Perdana Menteri Irak Haider al-Abadi telah bertekad bahwa Mosul, kota terbesar kedua di Irak tersebut, akan sepenuhnya direbut kembali pada akhir tahun ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar