Minggu, 27 November 2016

Minta Maaf Menghina Gus Mus, Pandu Wijaya Ngaku Jenuh dengan Pekerjaan

Jakarta - Karyawan kontrak di PT Adhi Karya Pandu Wijaya meminta maaf ke KH Mustofa Bisri (Gus Mus) karena telah telah menghina ulama besar Nahdlatul Ulama (NU) itu di Twitter. Dia menyesali perbuatannya. Apa alasannya melakukan penghinaan?

Pandu Wijaya dan tiga orang lainnya yang juga melakukan penghinaan datang menemui Gus Mus di kediamannya di Rembang, Jawa Tengah, Jumat (25/11) lalu. Mereka diterima dengan hangat dan penuh keramahan oleh Gus Mus.

Dari video yang beredar di Youtube, Pandu Wijaya dan para penghina lainnya nampak berlutut dan memohon maaf kepada Gus Mus. Pandu yang mengenakan kemeja lengan panjang warna hijau dan berkacamata itu juga mencium tangan Gus Mus.

Gus Mus mengisahkan, pertemuannya dengan orang-orang yang telah berkata kasar kepadanya di Twitter dan Facebook itu merupakan pertemuan yang istimewa. Dia sendiri telah maafkan perbuatan tiga orang pemuda tersebut.

"Kulihat anak-anak muda yang rata-rata berusia 25 tahunan ini, seperti umumnya pemuda santri. Polos, santun, dan sopan. Sedikit pun tidak ada kesan berandalan, sangar, atau kasar seperti yang mereka tampakkan di twit dan status mereka," tulis Gus Mus lewat akun Facebook-nya seperti dilihat detikcom, Minggu (27/11/2016).

Soal Pandu Wijaya, Gus Mus punya catatan sendiri. Gus Mus mengatakan, saat itu Pandu mengaku berkata kasar kepadanya di Twitter karena sedang jenuh dengan pekerjaan.

"Ketika aku tanya apakah mereka benci kepadaku, karena ucapan atau perilakuku yang melukai hati atau menyinggung mereka, mereka bilang tidak. Apakah ada kawan mereka yang pernah kusakiti, dan mereka solider ikut mengecamku, mereka menjawab tidak. Apakah mereka menganggap aku pendukung tokoh politik tertentu yang berlawanan dengan tokoh mereka, mereka menjawab tidak. Ketika kemudian mereka aku tanya, apakah mereka marah karena membaca pendapatku tentang salat Jumat di Jalanan? Mereka malah seperti kebingungan. Pandu Wijaya malah dengan sangat lesu mengatakan, 'Mohon maaf, saat itu saya lagi jenuh dengan pekerjaan'," sambung Gus Mus.

Hal tersebut sesuai dengan dialog antara Gus Mus dan Pandu dalam bahasa Jawa yang beredar di media sosial yang telah dibenarkan oleh menantu Gus Mus, Rizal Wijaya, yang ikut dalam pertemuan. Saat itu, Pandu, pria kelahiran 1991 ini mengaku stress dengan pekerjaan yang mengakibatkan dirinya jadi berkata kasar saat merespons cuitan Gus Mus di Twitter.

Begini dialog Gus Mus dan Pandu saat itu yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia:

Gus Mus: "Apa kamu benci denganku?"
Pandu: "Tidak."
Gus Mus: "Apa ada postinganku yang membuat sakit hatimu?"
Pandu: "Tidak ada."
Gus Mus: "Apa pernah tulisan atau omonganku yang membuatmu tersinggung?"
Pandu: "Tidak ada. Saya stres masalah pekerjaan."
Gus Mus: "Kamu kerja dari jam berapa sampai jam berapa? Jangan diforsir, biar tidak gampang marah-marah. Kamu membuat ibumu repot saja. Nomorku dicatat ya. Kalau kamu ingin marah atau berkata-kata kasar padaku, tinggal WA. Jadi orang lain tidak ada yang tahu."

Pandu telah diberi peringatan III atau SP3 dari PT Adhi Karya karena dinilai melakukan pelanggaran berat dan merugikan nama baik perusahaan karena cuitannya yang menghina Gus Mus itu. Pandu yang merupakan pegawai kontrak yang dipekerjakan di proyek renovasi Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK) ini tidak akan diperpanjang kontraknya usai proyek itu rampung.

Kasus ini bermula saat Gus Mus melakukan kultwit di Twitter lewat akun @gusmusgusmu. Gus Mus bicara soal rencana Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) MUI melakukan aksi salat Jumat di jalan protokol Jakarta pada Jumat, 2 Desember 2016. Gus Mus berharap aksi salat Jumat di jalan itu tidak dilakukan massa karena dinilainya merupakan bid'ah besar.

"Kalau benar, wah dalam sejarah Islam sejak zaman Rasullullah SAW baru kali ini ada bid'ah sedemikian besar. Dunia Islam pasti heran," cuit Gus Mus pada 23 November 2016 pukul 16.46 WIB. Cuitan itu pun direspons Pandu Wijaya lewat akun Twitternya @panduwijaya_.

"@gusmusgusmu Dulu gk ada aspal Gus di padang pasir, wahyu pertama tentang shalat jumat jga saat Rasullullah hijrah ke Madinah. Bid'ah ndasmu!" cuit Pandu Wijaya yang hingga kini mengunci akun Twitter-nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar